Saat
kita mendengar PAPUA, terlintas dipikiran kita mengenai pulau yang
indah dan eksotis baik alam darat maupun bawah airnya. Bayangan tersebut
tidaklah berlebihan karena memang papua merupakan salah satu kawasan
jantung koral dunia. Juga bila kita ditanya, dimana tempat menyelam yang
paling bagus di Papua, hampir dipastikan orang pasti ingat dengan
Kepulauan Raja Ampat. Ya memang demikianlah dari sedemikian luas wilayah
Papua, raja ampatlah yang paling terkenal dan sudah mulai dikunjungi
wisatawan secara rutin.
Selain
Raja ampat, dipunggung pulau yg mirip dengan kepala burung ini juga
menyimpan keasrian alam bawah laut yang rupawan. Tempat itu bernama
Teluk Cendrawasih yang terletak bersentuhan langsung dengan Samudra
Pasifik yang maha luas itu. Komunitas Alumni Belajardiving.com
menyempatkan diri untuk berkunjung dan menyelami areal ini pada bulan
Juli 2012 lalu.
Perjalanan
kami ke Teluk Cendrawasih dimulai dari kota Manokwari. Penerbangan ke
kota Manokwari bisa diakses dari Jakarta, Makassar, Sorong, dan
Surabaya. Sepengetahuan kami ada 3 meskapai yang melayani penerbangan
dari dan ke Manokwari, yaitu Batavia, Express Air, dan Sriwijaya. Kami
memilih express air sebagai penerbangan kami, karena kami nilai
penerbangan perjalanan kami selama ini dengan express air cukup baik
dengan delay yang minimum. Hanya saja dalam hal telpon, perusahaan ini
termasuk yg sulit dihubungi via telpon, mungkin sedang rusak atau
bagaimana, penulis kurang paham.
Dimulai
pukul 00.45 penerbangan kami ke Manokwari dimulai dari Jakarta,
Makasar, Sorong dan tiba di Manokwari pada pukul 10 pagi waktu setempat,
dengan berbekal mata suntuk karena tidur pas pasan di pesawat, mitra
kami Grand Komodo menjemput kami di Airport Rendani. Jangan tanya
tentang kondisi airport di ibu kota propinsi Manokwari Barat, saat kami
datang, kondisinya dalam keadaan darurat, karena mereka sedang membangun
airport yang lebih besar disebelahnya. Ya, sangat kami dukung
pembangunan di Papua demi pemerataan pembangunan di negeri ini.
Perjalanan
dari airport ke pantai tempat dimana Kapal Temukira berada relatif
singkat, tak sampai setengah jam kami sudah berada dipantai dan langsung
cek in ke Kapal Temukira. Acara hari itu pun langsung dilanjutkan
dengan menyelam di kapal Shinwa Maru yang merupakan kapal Jepang yang
tenggelam dikedalaman 16-35 meter. Dengan kondisi vizibility yang kurang
begitu jernih, kami menuruni tali dan tampaklah reruntuhan kapal shinwa
maru.
Kondisi
kapal sudah cukup tertutupi koral yang padat mengingat kapal ini sudah
tenggelam di perairan ini sejak jaman perang dunia kedua. Ditandai
dengan lubang besar bekas bom yang menganga besar dibagian geladak kapal
ini. Sampai detik ini barang-barang yg dibawa oleh kapal ini seperti
aki mobil, botol-botol, dan alat pelacak ranjau, masih utuh tersimpan
didasar laut yang berdekatan dengan Pulau Mansinam ini.
Setelah
penyelaman di Shinwa maru, kapal pun angkat sauh bertolak singgah
menuju ke Kep. Auri sebelum tujuan kami yaitu Kwatisore – Nabire untuk
tujuan utama kami yaitu petualangan bersama whaleshark / hiu paus.
Penyelaman
kami di area kepulauan Auri cukup baik, dominasi hard coral &
softcoral yang masih cukup lebat dari kedalaman 5 sampai 30 meter.
Vizibility pun cukup jernih mencapai 20 meter dengan kondisi air yang
tenang membuat areal ini nyaman untuk diselami oleh semua level
penyelam. Sesekali nampak schooling barracuda dan batfish disela-sela
penyelaman kami di Pulau Matas.
Tak
jauh dari Kep Auri juga terdapat Pulau Wairundi dimana hardcoralnya
fantastis, terbentang sangat luas dengan vizibility mencapai 25 meter.
Kima / Tridacna dari berbagai ukuran dapat dengan mudah ditemukan di
hampir seluruh kawasan menyelam di teluk cendrawasih.
Saat
memasuki kawasan Wororomi / Kwatisore, pulau-pulau berpasir putih
seperti di Kep Auri sudah tidak nampak lagi. Yang ada hanya beberapa
Bagan milik nelayan tersebar di hamparan laut biru. Bagan itu adalah
kapal penangkap ikan yang terdiri dari kapal motor dipasangi tiang
pancang berupa bambu mengelilingi kapal tersebut. Uniknya dibawah
bagan-bagan mereka kerap dikunjungi oleh Whaleshark / hiu paus yang
menghuni di daerah perairan tersebut. Sebagian besar penduduk disana
menganggap bahwa ikan hiu paus / whale shark ini adalah dewa. Ini juga
yang mendorong mereka untuk berinisiatif memberi mereka makan ikan puri
(ikan ikan kecil) kepada hiu paus sehingga whaleshark menjadi menetap di
areal tersebut dan mengundang perhatian penyelam dari seluruh dunia.
Penyelaman
untuk bertemu whale shark ini dengan cara menyelam di bawah bagan
nelayan, pada kisaran 10 meter saja kita sudah bisa melihat ikan
terbesar yang ada di dunia ini. Tapi hati-hati untuk menjaga buoyancy,
karena sebatas mata memandang, tidak ada dasar yang terlihat saat
menyelam disini. Berdasarkan pantauan sonar, kedalaman di areal ini
menunjukan angka kisaran 80 meter. Jadi hati-hati kalau ada barang
jatuh, maka kita harus merelakannya.
Di
area bagan ini whaleshark umumnya datang dari tengah lautan dan seperti
sudah terbiasa, mereka langsung menghampiri bagan, dan nelayan disana
sudah terbiasa untuk memberikan mereka makanan. Meskipun dikelilingi
oleh para penyelam yang begitu terpana melihat salah satu binatang maha
besar, whale shark atau hiu paus ini tidak terlihat risih apalagi takut
dengan kehadiran para penyelam.
Berbagai
pose whaleshark berhasil direkam oleh para pecinta fotografi bawah air
yang sangat antusias menyelam di bagan ini. Hal ini dimudahkan karena
hiu paus tersebut sangatlah jinak dan memiliki pola pergerakan yang
berulang dan mudah diterka.
dikutip dari : http://www.belajardiving.com/petualangan-bersama-whale-shark-hiu-paus-di-cendrawasih.php
dikutip dari : http://www.belajardiving.com/petualangan-bersama-whale-shark-hiu-paus-di-cendrawasih.php
0 komentar:
Posting Komentar